Jabatan dan Masalah Non Job di Kolaka

Kabupaten Kolaka telah melakukan Pemilihan Bupati dan hasilnya adalah terpilihnya Pasangan Ahmad Safei dan Jayadin sebagai pemenangnya. Bupati baru namun masih membawa permasalahan politik yang lama. Mutasi atau non job dimana-mana. Ini pula yang juga dilakukan oleh bupati sebelumnya, yang menurut pandangan saya adalah sebuah blunder. Penempatan seseorang pada suatu jabatan masih lebih karena faktor balas budi ataupun orang-orang terdekat. Orang-orang yang dibelakang sebagai pendukung kemungkinan mendapat jabatan.

Nampaknya, masalah non job di Kabupaten Kolaka ini masih belum berujung. Istilah non job pada masa Bupati Ahmad Safei disebut dengan “ reposisi”, namun pada dasarnya sama saja. Reposisi yang dilakukan Bupati Kolaka Ahmad Safei  menuai perlawanan. Seorang pejabat yang tak rela dipindahkan bahkan sampai membakar SK reposisi. Demo mungkin akan segera berlangsung sebagaimana demo yang dilakukan orang-orang sebelumnya yang tak rela di non job pada masa Bupati Amir Sahaka.

Inilah yang menjadi potret bagaimana jabatan begitu diperebutkan. Seseorang masih begitu berat untuk meninggalkan kursi empuk jabatan. Begitu tak rela diberhentikan, bahkan walau harus berpindah posisi. Apalagi posisinya berada di wilayah yang “basah”. Marilah sejenak kita menilik kisah Sahabat Nabi yang tak silau dengan jabatan. Ketika Usman bin Affan semakin tua dan kerap jatuh sakit, beliau segera memberi wasiat agar yang menjadi penggantinya adalah Abdurrahman bin Auf. Ketika wasiat itu diberitahukan kepada Abdurrahman bin Auf bukannya bergembira, namun beliau berdoa “ Ya Allah jika hal itu memang berasal dari Usman maka wafatkanlah aku sebelum terjadi”.

Doa yang dipanjatkan Abdurrahman bin Auf bukanlah bentuk pencitraan, namun suatu bentuk kegusaran hatinya hendak diberikan jabatan sebagai pemimpin. Allah pun mengabulkan doa sahabat Nabi yang mulia ini. Enam bulan setelah kejadian itu, beliau berpulang dipanggil Allah.

Kita bisa menangkap makna,  untuk urusan jabatan para sahabat begitu jeli dalam menilai. Sungguh Nabi pernah bersabda “ Sesungguhnya kalian nanti akan sangat berambisi terhadap jabatan, padahal di hari Kiamat nanti akan menjadi penyesalan” (HR. Bukhari ).

Memang dalam jabatan ada kemudahan dan keuntungan dunia yang sah-sah saja untuk diambil. Namun rasanya terlalu hina jika jabatan dipandang hanya dari kacamata duniawi. Saat ini adalah zaman dimana orang-orang masih salah kaprah memahami jabatan. Mereka mengira dengan jabatan bisa dihormati dan menjadi kaya. Akhirnya mereka pun berebut untuk menjadi pejabat. Oleh karena itu, jika sekiranya kita dipindahkan atau diberhentikan dari suatu jabatan, maka kita tak perlu menjadi marah atau sakit hati. Biarkanlah jabatan itu di tanggung oleh orang lain yang mungkin lebih pantas dari kita. kartun-real-9

Paradoks Guru : Cerminan Kekerasan Guru di Kabupaten Kolaka

Sebuah kejadian menimpa dunia pendidikan di Kabupaten Kolaka. Hari ini sebagian besar guru melakukan aksi demo buntut dari penahanan sejumlah oknum guru yang diduga melakukan tindak kekerasan. Seorang pelajar SMP di Wundulako, melaporkan insiden yang menimpanya ke polsek setempat. Ditemani orang tuanya, Arfan Arianto melaporkan ke polisi tujuh orang guru tempat dia bersekolah di SMPN 1 Wundulako.  Tujuh guru yang dilaporkan ini telah memukul Arfan Arianto hingga mengalami luka memar dibagian belakang telinga. Orang tua korban merasa keberatan atas tindakan guru tersebut.

Inilah dilema seorang guru. Guru hidup dalam sebuah paradoks.  Di satu sisi, guru harus bersikap penuh hormat dan kelembutan pada murid-muridnya. Di sisi lain, ia juga harus bersikap tegas dan menerapkan disiplin secara penuh pada murid-muridnya, sehingga mereka bisa mengembangkan potensi dirinya semaksimal mungkin.

Ketika mengajar di kelas, tentunya guru mendapatkan berbagai perilaku dari muridnya. Ada yang bertingkah nakal, bahkan ada yang keterlaluan. Guru perlu menyikapi hal itu. Dan kesalahan apabila guru menggunakan kekerasan dalam mengatasinya. Guru perlu mengakhiri mitos bahwa hukuman kekerasan memberi dampak positif bagi anak-anak. Hukuman fisik tidak menciptakan anak yang kuat dan pandai, namun mengingkari hak anak-anak untuk mendapatkan pendidikan yang bebas dari kekerasan. Bukan hanya dari kekerasan fisik semata, tapi seringkali pula guru melakukan kekerasan verbal dalam mengajar.

Sudah saatnya guru menanggalkan metode mengajar dengan bumbu kekerasan. Tidak perlu keras, namun tegas. Dengan begitu ilmu yang kita sampaikan akan berbekas. Guru yang kreatif akan disenangi, guru yang humoris pun demikian. Murid-murid tidak lagi tegang karena takut, tapi jadi rileks dalam belajar. Memang semuanya haruslah berimbang, tidak mesti harus tegas terus, tidak mesti humoris selalu.

Guru yang baik tidak terlalu serius dalam melihat kehidupan. Ia selalu bisa menertawakan ironi dan absurditas hidup. Ia bahkan bisa menertawakan dirinya sendiri, menertawakan kegagalan dan kebodohannya sendiri. Setuju?.  Ini penting, supaya suasana belajar jadi lebih santai. Ini juga penting, supaya murid melihat gurunya juga sebagai manusia yang punya kelemahan, dan pernah gagal dalam hidupnya. Murid-murid pun bisa melihat wajah manusia di dalam sosok gurunya yang, walaupun penuh kelemahan, mampu belajar dari kegagalannya, dan maju terus menjalani kehidupan.

Sebelum Pulang

Beranjak padamu aku mengajak.

Mulai bersuara, berkata, bercerita.

Aku ingin sinarmu tak memudar, dan kau tak perlu gusar.

Memang, kadang  kau kalah.

Namun dengan tenang kau bisa menang.

Hidupmu tak selamanya redup. Pintu kebahagiaan untukmu belum tertutup.

Untuk kau. Agar segera kembali ke awan dimana kau biasa bergumul. Bermain dan melompat lompat dengan ratusan bintang.

Kawan ketahuilah, cahaya akan selalu datang. Sebelum kita melangkah pulang.candle-lantern-light-photography-snow-Favim.com-280318

Semakin Tua Bertambah Gaya

Kembali menulis lagi. Tahun 2014 ini hidup saya diawali dengan meraih gelar sarjana. Sarjana Pendidikan Agama Islam. Semoga gelar yang melekat itu bisa membawa manfaat. Saya ingin flashback sekitar sepuluh tahun yang lalu. Mungkin saat saya masih remaja, masih belia, masih kanak-kanak. Atau mungkin jauh kebelakang lagi, ketika teknologi tak secanggih sekarang. Dunia serba praktis, dengan alat yang fantastis.

Saya dan teman-teman terkadang bercengkerama tentang kemanusiaan, tentang kehidupan. Dengan gadget terbaru, setiap momen tak pernah lewat, ada saja momen menarik yang bisa dikabarkan pada dunia. Manusia sekarang tanpa disadari telah menjadi pemotret handal. Segala bentuk citra yang terlihat mata, bukan hanya sekedar nyata, bahkan sampai ke dunia maya.

Dunia memang terus menua, tapi semakin gaya. Bagai seorang renta bergaya kawula muda. Saya teringat sebuah cerita (mungkin Hadist Nabi ), dalam perjalanan Isra’ Mi’raj, Rasulullah  menemui beberapa peristiwa yang aneh, sebagai perumpamaan bagi umat beliau. Diantara peristiwa itu adalah Beliau melewati seseorang nenek yang memanggil-manggil beliau. Lalu beliau bertanya kepada malaikat Jibril, Jibril siapakah nenek itu ?  Jibril menjawab itu adalah perumpamaan umur dunia. Pada 14 abad yang lalu saja, umur dunia ini sudah tua seperti nenek-nenek, berarti sekarang ini umur dunia sudah sangat tua, kiamat sudah dekat, kehancuran alam semesta sudah di depan mata. nenek-gaulJadi kesimpulannya, jangan pacaran dengan nenek-nenek … hehe